Sunday, April 14, 2013

Hi Matsuri Tejikara Gifu 2013

Saya sedang memegang Bakuchiku (爆竹)
Hi Matsuri (火祭り) atau Festival Api di Kuil Tejikara Gifu ini termasuk Haru Omatsuri (Festival musim semi) telah menjadi budaya penting selama 300 tahun di Gifu Jepang. Arti dari Hi Matsuri ini tidak jauh berbeda dengan Haru Matsuri yang lainnya, yaitu supaya hasil panen melimpah dan sehat selalu menyertai sepanjang tahun ini.

Dalam setahun di Gifu, diadakan Hi Matsuri 2 kali, yaitu pada waktu musim semi bulan April hari Sabtu kedua yang pada tahun ini jatuh pada tanggal 13 April 2013, dan pada musim panas bulan Agustus hari Minggu kedua di Sungai Nagara. Pada kesempatan kali ini, berkat teman lama istri saya yang setiap tahun selalu ikut serta dalam perayaan Hi Matsuri, saya dapat bergabung meramaikan perayaan Hi Matsuri di Kuil Tejikara Gifu.

Kuil Tejikara ini sempat tercantum dalam sejarah Oda Nobunaga, yaitu pada waktu Oda Nobunaga ingin menguasai dan memiliki tanah dari warga, dia mengklaim tanah warga sebagai miliknya, dan sebagai tanda kalau kalau dia serius, dia selalu mempunyai kebiasaan membakar kuil-kuil. Dan ketika hendak membakar Kuil Tejikara ini, kabut tebal mendadak muncul dan membuat Oda Nobunaga menjadi pusing, matanya berkunang-kunang, kaki dan tangannya tidak bisa bergerak sehingga Oda Nobunaga terjatuh dari kudanya. Itu terjadi karena Kami Sama (Dewa) marah pada Oda Nobunaga, dan akhirnya membuat Oda Nobunaga sadar, dan akhirnya berdoa dan memohon pengampunan pada saat itu juga di depan kuil. Setelah memohon pengampunan pada Kami Sama, kabut menjadi lenyap, tangan dan kaki Oda Nobunaga pun kembali menjadi sehat seperti semula. Karena Kami Sama ada di Kuil Tejikara, maka Oda Nobunaga menjaga dan menganggap penting Kuil Tejikara ini.

Kembali ke topik Hi Matsuri, untuk mengikuti Hi Matsuri tentu harus punya baju khusus untuk merayakan Omatsuri yang disebut HAPPI (ハッピ) yang pada umumnya berwarna biru dan di punggung bertuliskan 祭 (Matsuri). Agak berbeda dengan baju yang lainnya, untuk Hi Matsuri di Gifu berwarna biru gelap dan bertuliskan 長(Nagai) yang artinya singkatan dari wilayah Nagamori 長森 yang diadakannya Hi Matsuri ini. Karena baju bertuliskan 長 sangat jarang ada toko yang menjualnya, maka saya memesannya di Obaasan-nya teman saya sebesar 10.000 yen. Mahal memang, karena tidak ada toko yang menjualnya, ditambah lagi hanya dipakai waktu Omatsuri saja. Perlengkapan selanjutnya adalah celana panjang putih jeans atau yang tahan api, sepatu Omatsuri dan kain putih panjang untuk dililitkan secara kuat di perut. Ya, kalau ditotal semua kira-kira habis 17.000 yen.
Happi ハッピ yang paling populer bertuliskan Matsuri
Setelah semua siap, saya berkumpul di rumah teman saya, dan memulai untuk menggotong Omikoshi dari wilayah Hosobata 細畑 sampai ke Kuil Tejikara. Ada sekitar 9 wilayah yang ikut serta dalam festival ini, karena teman saya dari wilayah Hosobata, saya pun ikut mewakili dari wilayah Hosobata yang ditandai dengan ikat pinggang dan ikat kepala berwarna Pink.
Dari Hosobata menuju ke Kuil Tejikara
Senyum dulu donk :) 
Bersama teman-teman
Omikoshi yang kami panggul ada 2 yaitu yang berupa peti di depan dan belakang ada daun Sakaki dan yang berbentuk Pyramid Sphinx. Untuk yang berbentuk peti hanya akan ditaruh di Kuil Tejikara, sedangkan yang berbentuk Pyramid Sphinx setelah berada di Kuil Tejikara akan dipasang kembang api di atasnya dan sambil memanggul Omikoshi berlari berputar-putar di halaman Kuil.
Omikoshi kami dari wilayah Hosobata
Sepintas memang kaya Ogoh-Ogoh di Bali, kalau saya bilang sih sama. Hanya saja menurut saya punya Bali lebih besar.
Di Omatsuri ini, banyak sekali Yatai 屋台 atau biasa disebut pedagang kaki lima kali ya, yang hanya ada pada waktu Omatsuri saja. Banyak sekali orang-orang berdatangan, untuk melihat Hi Matsuri atau sekedar beli jajan di Yatai. Bagi kebanyakan cewek Jepang, cowok yang ikut serta dalam Hi Matsuri ini dianggap sangat berani dan gagah, atau dianggap benar-benar Lelaki Sejati. Sehingga banyak cewek Jepang sangat antusias, tersenyum sambil melambai-lambaikan tangan dan memberi semangat saat melihat arak-arakan Omikoshi. Bahkan banyak cowok Jepang yang ikut serta dalam Hi Matsuri karena alasan tersebut.

Setelah semua Omikoshi dari semua wilayah masuk ke kuil Tejikara, sekitar jam 7 malam pun acara pun dimulai.









Video ketika saya sambil membawa Omikoshi masuk ke dalam lautan api, karena teman saya yang merekamnya, saya hanya kelihatan sekilas saja. Untuk masuk ke dalam lautan api, baju omatsuri (Happi) harus dilepas, supaya api tidak masuk ke dalam baju dan menimbulkan luka bakar lebih serius. Jadi harus bertelanjang dada.

Setelah Omikoshi dari seluruh wilayah telah diarak, acara selanjutnya adalah Bakuchiku 爆竹, yaitu memegang bambu yang berisi kembang api di atas.

Saya dan teman saya
Cara memegang Bakuchiku harus tegak lurus dan jempol di atas, sebelum disulut Bakuchiku harus dimasukkan kedalam Happi, supaya tidak terkena percikan api dan terbakar sebelum waktunya. Kalau salah, bisa meledak atau berakibat fatal, karena itu harus berhati-hati, meskipun panas dan terkena percikan api, saya harus menahan sakitnya.

Acara terakhir adalah acara puncaknya, yaitu bernama Yama Yaki 山焼き yang artinya gunung terbakar.

Setelah Yama Yaki, acara pun selesai. Saya pun sebelum pulang menyempatkan beli jajan di Yatai, tetapi saya tidak langsung pulang. Karena teman saya mengajak saya dan istri saya makan bersama. Setelah makan baru lah kami pulang. Sungguh menyenangkan memang bisa bergabung ikut serta dalam Omatsuri. Ini adalah pertama kali saya bergabung dengan Omatsuri, dan tentu saja dengan cedera luka bakar di tangan, punggung dan dada. Sakit? Tentu saja, tapi menyenangkan.

Luka bakar di punggung saya
Musim panas tahun ini, saya berencana ikut lagi Hi Matsuri yang akan diadakan di Sungai Nagara Gifu.