Takadabashi eki |
Stasiun terdekat dari apartement saya bernama Takadabashi Eki, sekitar 20 menit jalan kaki dari apartement. Karena saya tidak pernah naik densha, istri saya pada hari sebelumnya mengantar saya ke Takadabashi Eki dan menerangkan cara beli tiket dan masuk stasiun. Karena Takadabashi bukan stasiun besar, petugas stasiun yang berjaga tidak ada sama sekali. Cukup bingung juga awalnya, karena kalau tidak mengerti, tidak ada orang di stasiun yang bisa membantu. Nah loh, ditambah lagi semua nama stasiun tujuan ditulis dengan kanji.
Untuk memudahkan mengingat cara beli tiket secara otomatis, masuk stasiun dan keluar, saya catat semua perkataan istri saya mengenai cara naik kereta di Jepang, ke dalam sebuah memo, yang isinya sebagai berikut:
- Lihat stasiun tujuan di peta yang berada di atas mesin jual tiket otomatis, stasiun dimana saya berada berwarna merah bertuliskan 高田橋 (Takadabashi), angka atau nomer dibawah tulisan nama stasiun menunjukkan jumlah ongkos perjalanan. Dalam hal ini, stasiun yang saya tuju adalah 羽場 (Haba) ongkos sebesar 290 yen.
- Masukkan uang ke dalam mesin penjual tiket otomatis.
- Pilih jumlah tiket yang akan dibeli, default adalah satu. Jadi kalau pergi sendiri bisa melewati langkah ini. Terdapat pilihan bagi orang yang mau beli tiket 2, 3 orang atau dengan anak kecil. Biasanya anak kecil membayar setengah harga.
- Di layar pencet tombol jumlah ongkos stasiun yang dituju, dalam hal ini 290 yen.
- Ambil tiket dan kalau ada kembalian akan keluar.
- Waktu masuk gerbang, masukkan tiket kedalam slot, berjalan melalui pintu gerbang dan ambil tiket di sisi lain. Hati-hati, bila memasukkan tiket dengan salah, gerbang akan menutup dan alarm akan berbunyi.
- Waktu sampai di stasiun tujuan, masukkan tiket di slot gerbang tiket di pintu keluar, berjalan ke pintu gerbang dan tiket tidak usah diambil lagi (otomatis dimakan mesin gerbang tiket).
Peta stasiun |
Mesin penjual tiket otomatis |
Gerbang tiket otomatis |
Masuk dan keluarnya tiket |
Saya datang lebih awal sekitar 12.15, dan akhirnya densha pun tiba, tapi bukan jam 12.38 melainkan jam 12.25. Saya pikir, wah kok datang lebih cepat ya, mungkin aplikasi iphone saya tidak akurat. Akhirnya saya naik densha yang datang jam 12.25.
Tiket densha |
Densha yang saya naiki |
Suasana di dalam densha, banyak orang yang tidur |
Karena pertama kali naik densha, saya terus memandangi layar ini yang menunjukkan kecepatan densha dan nama stasiun berikutnya |
Kereta di Jepang paling terkenal dengan ketepatan waktunya. Saya amati dan hitung, di setiap stasiun hanya berhenti, menaikkan dan menurunkan penumpang selama 15 detik saja. Jadi kalau diumumkan stasiun yang akan dituju, harus segera menuju ke pintu keluar densha. Kalau tidak cepat-cepat, pintu akan menutup dan alhasil turun di stasiun berikutnya.
Setelah lama menunggu dan melihat, ada pemberitahuan bahwa berikutnya adalah stasiun terakhir, stasiun Inuyama. Lho kok, saya jadi bingung, kaget dan sedikit panik, karena saya selalu lihat terus dan dengar pengumuman, mengapa nama stasiun Haba kok tidak disebut? Dan saya perhatikan beberapa stasiun kecil tidak berhenti, hanya dilewati saja. Akhirnya saya bertanya kepada petugas yang mengemudikan densha, yang tentunya dengan bahasa Jepang.
"Permisi pak, saya dari stasiun Takadabashi mau ke stasiun Haba pak, kok ini sudah stasiun terakhir pak?".
"Oh, stasiun Haba ya, densha ini memang tadi tidak berhenti di situ, tapi tetap saja di densha ini ya", kata petugas densha.
Akhirnya densha berangkat lagi kembali ke arah berlawanan. Sekedar informasi, densha di Jepang bagian paling depan dan belakang adalah lokomotif. Di dalam densha hanya ada 2 petugas, di bagian paling depan bertugas menjalankan densha, dan di bagian paling belakang bertugas sebagai mengumumkan nama stasiun berikutnya dan mengawasi orang yang naik-turun densha.
Saya putuskan duduk di bagian belakang dekat dengan petugas yang mengumumkan stasiun berikutnya. Setelah melihat layar dan ada nama stasiun Haba, saya sedikit lega. Akhirnya saya tiba di stasiun Haba dengan perasaan sangat lega.
Stasiun Haba |
Setelah turun dari densha saya segera telepon istri saya, "Densha yang saya naiki tidak berhenti di Haba lho, Haba dilewati terus sampai Inuyama. Lalu saya tanya ke petugas densha, disuruh tetap di densha. Akhirnya densha kembali dan berhenti di stasiun Haba".
"Lho masa sih, kamu tidak lihat dan dengar pengumuman mungkin?".
"Tidak kok, aku lihat terus dan dengar pengumuman, dan aku perhatikan beberapa stasiun kecil dilewati lho! Kenapa ya?" tanya saya
"Masa sih, perasaan di setiap stasiun pasti berhenti deh. Kamu naik densha yang jam berapa?"
"Naik yang jam 12.25, bukannya semua densha yang lewat di Takadabashi densha biasa ya? Bukan densha ekspress yang hanya berhenti di stasiun besar kan?"
"Iya, saya rasa juga begitu, saya sudah lama sekali tidak naik densha soalnya. Sebentar saya cek dulu di internet ya", kata istri saya.
Telepon saya pun berdering lagi, "Oh, benar. Maaf, aku juga baru tahu lho. Yang berangkat jam 12.25 memang densha biasa bukan ekspress tapi tidak berhenti di Haba. Yang berangkat jam 12.38 baru berhenti di Haba." jelas istri saya.
Ah, ternyata aplikasi iPhone saya benar, dan saya salah naik densha. Akhirnya saya keluar dan memasukkan tiket ke slot pintu gerbang otomatis stasiun dan merasa beruntung gerbang tidak menutup dan tidak meminta tambahan ongkos. Karena bila ongkos kurang, gerbang akan menutup dan harus bayar kekurangan ongkos di mesin Fare Adjustment.
Mesin Fare adjustment di dekat gerbang keluar stasiun |
Hitung-hitung jalan-jalan gratis lihat pemandangan pegunungan Jepang yang sangat indah sampai Inuyama dan kembali ke Haba.
Setelah interview selesai, saya kembali cek jadwal densha dari Haba ke Takadabashi di iPhone saya, dan hasilnya tepat jam 2 densha yang menuju dan berhenti di Takadabashi akan tiba di Haba.
Persis tepat jam 2, tidak lewat dan kurang 1 menitpun densha berhenti di depan saya. Memang ketepatan waktu yang luar biasa.
NB : Perusahaan densha yang saya naiki bernama Nagoya Railroad Co Ltd atau lebih dikenal dengan nama Meitetsu yang hanya beroperasi di wilayah propinsi Aichi dan propinsi Gifu saja.